KISAH NABI MUHAMMAD s.a.w
|
Allah SWT menyampaikan selawatnya
kepada Nabi itu, sebagai bentuk rahmat dan keberkahan. Para malaikat pun
menyampaikan selawat kepadanya sebagai bentuk pujian dan permintaan ampunan,
sedangkan orang-orang mukmin berselawat kepadanya sebagai bentuk penghormatan.
Allah SWT berfirman:
"Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya berselawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
berselawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan
kepadanya." (QS. al-Azhab: 56)
Sebelumnya Allah SWT mengutus para
nabi-Nya sebagai rahmat kepada kaum dan zaman mereka saja, namun Allah SWT
mengutus beliau saw sebagai rahmat bagi alam semesta. Beliau Nabi Muhammad saw
datang dengan membawa rahmat yang mutlak untuk kaum di zamannya dan untuk
seluruh zaman. Allah SWT berfirman, "Dan aku tidak mengutusmu kecuali
sebagai rahmat bagi alam semesta."
Hakikat dakwah para nabi sebelumnya
adalah menyebarkan Islam, begitu juga ajaran yang dibawa oleh Nabi yang
terakhir adalah Islam. Beliau saw adalah Muhammad bin Abdillah bin Abdul
Muthalib, anak seorang wanita Quraisy. Beliau saw adalah pemimpin anak-anak
Nabi Adam as. Beliau saw adalah hamba Allah SWT dan Rasul-Nya, serta rahmat
Allah SWT yang dihadiahkan kepada umat manusia.
Beliau saw lahir di tanah Arab.
Ketika itu malam gelap, tiba-tiba Abdul Muthalib membayangkan bahawa matahari
telah terbit, lalu ia bangun dan ternyata mendapati dirinya di pertengahan
malam, keheningan yang luar biasa menyelimuti gurun yang terbentang. Ia menuju
pintu khemah, lalu menyaksikan bintang-bintang bersinar di langit, dan dunia
tampak di selimuti dengan malam. Ia kembali menutup pintu khemah dan tidur.
Belum lama ia dikuasai oleh rasa kantuk yang amat sangat, sehingga ia kembali
bermimpi untuk kedua kalinya. Segala sesuatunya tampak jela s kali ini,
Sesungguhnya sesuatu yang besar memerintahnya untuk melaksanakan perintah yang
sangat penting, "Galilah zamzam!" Dalam mimpinya Abdul Muthalib
bertanya: "Apakah itu zamzam?" Kemudian untuk kedua kalinya perintah
itu mengatakan bahawa ia diperintahkan untuk menggali zamzam. Belum lama Abdul
Muthalib melihat sesuatu yang bersembunyi itu, sehingga ia berdiri di tempat tidurnya
dan hatinya berdebar dengan keras. Abdul Muthalib bangkit, lalu ia membuka
pintu khemah kemudian pergi ke gurun yang luas. Apakah erti zamzam? Tiba- tiba
fikirannya dipenuhi dengan cahaya yang datang dari jauh, bahawa pasti zamzam
adalah sebuah sumur, tetapi apa yang diinginkan oleh suara yang datang dalam
tidur itu agar ia menggali sumur, di sana tidak ada jawapan selain satu jawapan
dari pertanyaan ini, yaitu agar orang- orang yang berhaji dan berkeliling di
sekitar Ka'bah dapat meminumnya. Tetapi apa nilai dari sumur itu sendiri,
bukankah di sana terdapat banyak sumur yang dapat diminum oleh orang-orang yang
berhaji.
Abdul Muthalib duduk di
tengah-tengah pasir gurun pada pertengahan malam, ia memikirkan bintang-bintang
sembari merenungkan cerita- cerita kuno yang mengatakan tentang sumur yang
memancar darinya air sebagai akibat dari pukulan kaki Nabi Ismail as, di sana
juga ada cerita yang mengatakan bahawa sumur itu telah binasa sesuai dengan
perjalanan zaman.
Matahari terbit di atas gurun Jazirah
Arab, Abdul Muthalib keluar menemui orang-orang, dan menceritakan kepada mereka
bahawa ia akan menggali sebuah sumur di tempat tertentu, ia menunjukkan ke
tempat yang di situ ia diberitahu oleh suara yang ada dalam mimpinya. Orang-
orang Quraisy menolaknya, Sesungguhnya tempat yang diisyaratkan oleh Abdul
Muthalib terletak di antara dua berhala dari berhala-berhala yang biasa
disembah oleh masyarakat setempat, yaitu di antara berhala yang bernama Ashaf
dan Nalah. Abdul Muthalib merasa bahawa usahanya sia- sia untuk meyakinkan
kaumnya agar mengizinkannya untuk menggali sumur. Mereka mengetahui bahawa
Abdul Muthalib tidak mempunyai sesuatu selain hanya seorang anak. bahawasanya
ia tidak memiliki anak- anak yang dapat menolong dan memperkuatnya serta melaksanakan
keinginan-keinginannya.
Pada saat itu di kawasan negeri Arab
dipenuhi dengan kabilah-kabilah yang terjalin suatu ikatan fanatisme atau
kesukuan yang kuat dan usaha untuk melindungi keluarga yang sangat menonjol.
Akhirnya Abdul Muthalib pergi dalam keadaan sedih, lalu ia berdiri di hadapan
Ka'bah dan mengungkapkan suatu nazar kepada Allah SWT. Ia berkata: "Jika
aku mendapat sepuluh anak laki-laki, dan mereka menginjak usia dewasa, sehingga
mereka mampu melindungiku saat aku menggali sumur Zamzam, maka aku akan
menyembelih salah seorang dari mereka di sisi Ka'bah sebagai bentuk
korban."
Pintu langit pun terbuka untuk
doanya. Belum sampai berlangsung satu tahun, isterinya melahirkan anaknya yang
kedua dan setiap tahun ia melahirkan anak laki-laki sampai pada tahun yang ke
sembilan, sehingga Abdul Muthalib mempunyai sepuluh anak laki-laki. Kemudian
berlalulah zaman dan anak-anak Abdul Muthalib menjadi besar.
Abdul Muthalib akhirnya menjadi
seseorang yang memiliki kemampuan. Kemudian Abdul Muthalib berusaha melakukan
rencananya yang diisyaratkan dalam mimpinya itu, yaitu ia bersiap-siap untuk
mengorbankan salah satu anaknya sebagai bentuk pelaksanaannya dari nazarnya.
Maka dilakukanlah undian atas sepuluh anaknya, lalu keluarlah nama anaknya yang
paling kecil yaitu Abdullah. Ketika nama anak itu keluar dalam undian, maka
orang-orang yang ada disekitarnya berusaha memberontak, mereka mengatakan
bahawa mereka tidak akan membiarkan Abdullah disembelih.
Abdullah saat itu terkenal sebagai
seseorang yang bersih di kawasan Arab, ia telah dapat menarik simpati
masyarakat di sekitarnya. Ia tidak pernah menyakiti seseorang pun. Bahkan ia
tidak pernah meninggikan suaranya lebih dari orang lain. Senyuman khas Abdullah
terkenal sebagai senyuman yang paling lembut di kawasan Jazirah Arab. Muatan
rohaninya demikian jernih, dan hatinya yang mulia menyerupai sebuah kebun di
tengah-tengah gurun hati-hati yang keras, oleh kerana itu semua manusia datang
kepadanya dan menentang usaha penyembelihannya. Para pembesar Quraisy berkata,
"Lebih baik kami menyembelih anak-anak kami daripada ia harus disembelih,
dan menjadikan anak-anak kami sebagai tebusan baginya. Kami tidak akan
menemukan seseorang pun yang lebih baik dari dia seandainya kami
menyembelihnya, pertimbangkanlah kembali masalah itu, dan biarkan kami bertanya
kepada dukun."
Abdul Muthalib tampak tidak mampu
menghadapi tekanan ini, lalu ia mempertimbangkan kembali apa yang telah
ditetapkannya. Kemudian mereka mendatangi seorang dukun. Si dukun berkata:
"Berapakah taruhan yang kalian miliki?" Mereka menjawab:
"Sepuluh ekor unta." Dukun itu berkata: "Datangkanlah sepuluh
unta, lalu lakukanlah kembali undian atasnya dan atas nama Abdullah, jika
undian datang padanya, maka tambahlah sepuluh ekor unta lagi, lalu ulangilah
terus undian tersebut, demikian hingga tidak keluar lagi nama Abdullah."
Kemudian dilakukanlah undian atas
nama Abdullah dan atas sepuluh ekor unta yang besar. Undian itu pun
mengeluarkan terus nama Abdullah, hingga Abdul Muthalib menambah sepuluh ekor
unta lagi, kemudian lagi- lagi yang keluar nama Abdullah sehingga mereka pun
menambah sepuluh ekor unta lagi sampai jumlah unta itu telah mencapai seratus
ekor unta. Setelah itu, datanglah nama unta tersebut. Maka saat itu, masyarakat
demikian gembiranya sehingga berlinangan air mata, kegembiraan dari mereka
kerana melihat Abdullah berhasil diselamatkan. Kemudian disembelihlah seratus
ekor unta di sisi Ka'bah, dan mereka membiarkannya di situ sehingga korban itu
tidak disentuh oleh seseorang pun dan juga disentuh oleh binatang-binatang
buas.
Abdul Muthalib sangat gembira atas
keselamatan anaknya, Abdullah. Lalu ia menetapkan untuk menikahkannya dengan
gadis terbaik di Jazirah Arab, kemudian ia keluar dengannya pada suatu hari
dari Ka'bah ke rumah Wahab, dan di sana ia meminang untuknya Aminah binti
Wahab. Kemudian Aminah binti Wahab menikah dengan Abdullah bin Abdul Muthalib,
seorang pemuda yang paling mulia dan paling dicintai oleh orang-orang Quraisy.
Dinyalakanlah api-api di
gunung-gunung Mekah, agar para musafir dan para tamu mengetahui tempat
diadakannya acara tersebut, yaitu acara pernikahan antara Abdullah dan Aminah.
Lalu disembelihlah haiwan- haiwan korban, dan manusia dari kalangan orang-orang
fakir bahkan binatang-binatang buas dan burung makan darinya. Abdullah tinggal
bersama isterinya dua bulan di rumah pernikahan, hingga suatu hari ada khabar
bahawa kafilah akan berangkat, lalu Abdullah pun mengikuti kafilah tersebut dan
melakukan perjalanan bersama kafilah perdagangan Quraisy
menuju Syam, itu adalah kesempatan
terakhir yang diperoleh Aminah binti Wahab bersamanya. Wajah Abdullah yang
mulai tampak berseri-seri mengucapkan selamat tinggal kepada Aminah, lalu
setelah itu bayang- bayang wajahnya tersembunyi bersama kafilah dan mereka pun
hilang. Aminah tidak mengetahui bahawa itu adalah kesempatan terakhirnya
setelah dua bulan dari perkawinannya. Abdullah mengunjungi paman- pamannya dari
kabilah bani Najar di Madinah, dan di sana ia meletakkan jasadnya di muka bumi,
ia meninggal dunia.
Abdullah bin Abdul Muthalib kini
telah meninggal. Saat itu ia berusia dua puluh lima tahun. Khabar kematiannya
tiba-tiba tersebar dan sangat memilukan hati orang-orang yang mendengarnya,
sehingga khabar itu sampai ke isterinya. Aminah tampak menangis tersedu-sedu
dan ia tampak menyampaikan pertanyaan-pertanyaan pada dirinya dan tidak
mengetahui jawapannya, mengapa Allah SWT menebusnya dengan seratus unta jika
kemudian Dia menetapkan kematian baginya.
Tidak lama kemudian, lalu
bergeraklah dirahimnya janin dengan gerakan yang sedikit, ia tampak mulai
mengetahui bahawa ia sedang hamil. Aminah menangis dua kali, pertama ia
menangis untuk dirinya sendiri dan kali ini ia menangis untuk anak yang
ditinggal mati ayahnya sebelum ia sempat dilahirkan. Aminah tidak pernah
mengetahui sebelumnya bahawa janin yang dikandungnya akan menjadi anak yatim,
ayahnya meninggal saat ia dilahirkan.
Anak yatim ini harus menanggung
beban anak-anak yatim dan orang- orang fakir serta orang-orang yang sedih di
muka bumi. Ia akan menjadi Nabi yang terakhir dan rasul-Nya kepada manusia. Ia
akan menjadi rahmat yang dihadiahkan kepada manusia dan tidak akan mengetahui
makna rahmat kecuali orang yang merasakan penderitaan dan kepahitan. Inilah
anak kecil yang sebelum dilahirkan telah menelan kesedihan. Dan berlalulah hari
demi hari, lalu hilanglah tangisan penderitaan dan mata Aminah pun telah
mengering, namun kesedihannya tampak menyerupai sebuah pohon yang tumbuh
bersama kehausan.
Kemudian kesedihannya hari demi hari
semakin ia rasakan tetapi kesedihannya itu mulai tidak tampak ketika ia
mendapatkan bahawa janin yang dikandungnya tidaklah memberatkannya, sebaliknya
ia merasakan betapa ringannya janin yang dikandungnya bagaikan merpati yang berkeliling
di seputar Ka'bah, dan seandainya kesedihannya yang selalu mengitarinya, maka
tidak ada wanita yang lebih bahagia darinya dengan kehamilan yang ringan ini.
Janin itu adalah manusia yang mulia di sisi Tuhan, kemudian semakin dekatlah
hari kelahirannya. Sementara itu, pasukan Abrahah mendekati Mekah.
Abrahah adalah seorang penguasa
Yaman, yaitu pada saat Yaman tunduk kepada Habasyah setelah penguasa Persia
diusir. Di Yaman ia membangun suatu gereja yang menunjukkan bangunan yang
menakjubkan. Abrahah membangunnya dengan niat agar orang-orang Arab berpaling
dari Baitul Haram di Mekah. Ia melihat betapa orang- orang Yaman tertarik
dengan rumah tersebut. Dan ketika ia tidak melihat gereja yang dibangunnya
memiliki daya tarik seperti itu dan tidak mampu menarik hati orang-orang Arab,
maka ia berkeinginan kuat untuk menghancurkan Ka'bah, sehingga orang-orang
tidak menuju ke Ka'bah lagi melainkan ke gerejanya. Demikianlah akhirnya ia
menyiapkan pasukan yang besar yang dipenuhi dengan berbagai senjata, kemudian
pasukan itu menuju Ka'bah.
Pasukan Abrahah terdiri dari
kelompok gajah yang besar yang digunakannya untuk menghancurkan Ka'bah.
Gajah-gajah itu bagaikan tank-tank yang kita gunakan saat ini. Orang-orang Arab
pun mendengar rencana tersebut. Memang orang-orang Arab saat itu terkenal
sebagai penyembah berhala, meskipun demikian mereka sangat memberikan
penghargaan dan penghormatan terhadap Ka'bah, kerana mereka meyakini bahawa
mereka adalah anak-anak Nabi Ibrahim as dan Nabi Ismail as pemelihara Ka'bah.
Perjalanan pasukan tiba-tiba
dihadang oleh seorang lelaki yang mulia dari penduduk Yaman yang bernama
Dunaher. Ia mengajak kaumnya dan dari kalangan orang-orang Arab untuk memerangi
Abrahah, sehingga ada beberapa orang yang mengikutinya. Abrahah berhadapan
dengan tentera tersebut tetapi pasukan yang sedikit itu dapat dengan mudah
dipatahkan oleh pasukan kafir yang besar itu. Kemudian Dunaher pun kalah dan
menjadi tawanan Abrahah. Pasukan Abrahah tersebut juga sempat ditentang oleh
Nufail bin Hubaid al-Aslami, namun Abrahah pun dapat mengalahkan mereka dan
berhasil menawan Nufail.
Kemudian ketika Abrahah melewati
kota Taif, menghadaplah kepadanya beberapa orang tokoh setempat, dan mereka
tampak gementar ketakutan dan berkata kepadanya bahawa sesungguhnya 'rumah'
yang ditujunya tidak berada di tempat mereka, tetapi berada di Mekah. Hal itu
mereka sampaikan dengan maksud untuk memalingkannya dari rumah berhala mereka,
di mana mereka membangun di dalamnya berhala yang bernama Latha kemudian mereka
mengutus seseorang yang akan menunjukkan kepada Abrahah letak Ka'bah. Ketika
Abrahah berada di antara Taif dan Mekah, ia mengutus seorang pemimpin
pasukannya sehingga ia melihat keadaan Mekah. Di sana ia merampas banyak harta
dari kaum Quraisy dan selain mereka, dan di antara yang dirampasnya adalah dua
ratus unta milik Abdul Muthalib bin Hasyim. Saat itu Abdul Muthalib adalah
salah seorang pembesar Quraisy dan pemimpin mereka, serta pengawas sumur
Zamzam.
Kedatangan utusan Abrahah di Mekah
telah menimbulkan gejolak pada kabilah-kabilah. Akhirnya kaum Quraisy bergerak,
begitu juga kaum Khananah. Kemudian mereka mengetahui bahawa mereka tidak
memiliki kemampuan untuk melawan Abrahah, sehingga mereka membiarkannya, lalu
tersebarlah di Jazirah Arab berita tentang datangnya pasukan yang kuat yang
sulit untuk ditandingi. Dalam surat yang dibawa oleh utusannya itu, Abrahah
menyampaikan bahawa ia tidak datang untuk memerangi mereka, namun ia datang
hanya untuk menghancurkan Ka'bah. Jika mereka tidak menentangnya, maka darah
mereka tidak akan ditumpahkan. Lalu utusan itu menemui Abdul Muthalib, ia
menceritakan tentang keinginan Abrahah. Abdul Muthalib berkata: "Kami
tidak ingin memeranginya kerana kami tidak memiliki kekuatan. Ka'bah adalah
rumah Allah SWT yang mulia dan suci, dan rumah kekasih-Nya Ibrahim. Jika Ia
mencegahnya, maka itu adalah rumah-Nya dan tempat suci-Nya, namun jika Ia
membiarkannya, maka demi Allah kami tidak memiliki kekuatan untuk
mempertahankannya." Kemudian utusan itu pergi bersama Abdul Muthalib
menuju Abrahah.
Abdul Muthalib adalah seseorang yang
sangat terpandang dan sangat mulia. Ia memiliki kewibawaan dan kehormatan yang
mengagumkan. Ketika Abrahah melihatnya, Abrahah menampakkan penghormatan
kepadanya. Abrahah memuliakannya dan mendudukannya di bawahnya, ia tidak suka
bahawa ia duduk bersamanya di kursi kekuasaannya. Lalu Abrahah turun dari
kerusinya dan duduk di atas sebuah permaidani dan mendudukkan Abdul Muthalib di
sisinya. Kemudian ia berkata kepada penerjemahnya: "Katakan padanya apa
kebutuhannya?" Abdul Muthalib berkata: "Kebutuhanku adalah agar
Abrahah mengembalikan dua ratus ekor unta yang diambilnya dariku" Ketika
Abdul Muthalib mengatakan demikian, wajah Abrahah berubah, lalu ia berkata
kepada penerjemahnya: "Katakan padanya sungguh aku merasa kagum ketika
melihatnya, kemudian aku merasakan kehati-hatian saat berbicara dengannya,
apakah engkau berbicara denganku tentang dua ratus ekor unta yang telah aku
ambil, lalu engkau membiarkan rumah yang merupakan simbol agamanya dan
datuk-datuknya, yang aku datang untuk menghancurkannya dan dia tidak
menyinggungnya sama sekali" Abdul Muthalib menjawab: "Aku adalah
pemilik unta, sedangkan pemilik rumah itu adalah Tuhan yang melindunginya."
Abrahah berkata: "Dia tidak akan mampu melindunginya dariku." Abdul
Muthalib menjawab: "Lihat saja nanti!"
Selesailah dialog antara Abdul
Muthalib dan Abrahah. Abrahah pun mengembalikan unta yang telah dirampasnya.
Abdul Muthalib pergi menemui orang-orang Quraisy dan menceritakan apa yang
dialaminya, dan ia memerintahkan mereka untuk meninggalkan Mekah dan berlindung
dibalik gua-gua di gunung. Akhirnya kota Mekah dikosongkan oleh pemiliknya.
Aminah binti Wahab keluar ke gunung-gunung di dekat kota Mekah kemudian
malaikat turun di bumi Jarzirah Arab.
Abdul Muthalib berdiri dan memegangi
pintu Ka'bah dan berdiri bersama dengan sekelompok orang-orang Quraisy, mereka
berdoa kepada Allah SWT dan meminta perlindungan-Nya, agar para malaikat
memerintahkan gajah-gajah tidak melangkahkan kakinya sehingga gajah itu pun
tetap di tempatnya dan mentaati perintah para malaikat, kemudian gajah-gajah
itu menerima pukulan yang dahsyat namun gajah-gajah itu tetap berdiam di
tempatnya, gajah-gajah itu tampak gementar dan berteriak tetapi lagi-lagi
gajah-gajah itu menolak untuk bergerak dan tidak bergerak selangkah pun.
Abrahah bertanya: "Mengapa pasukan tidak bergerak?" Kemudian
dikatakan kepadanya bahawa gajah-gajah menolak untuk bergerak. Abrahah
mengangkat cemetinya. Dengan muka emosi, ia ingin melihat apa yang sebenarnya
terjadi dengan gajah-gajahnya.
Matahari saat itu bersinar dan ia
duduk di khemahnya. Ketika ia keluar, matahari bersembunyi di balik
segerombolan burung. Abrahah mengangkat pandangannya ke arah langit. Mula-mula
ia membayangkan bahawa ia melihat sekawanan awan yang hitam. Kemudian ia
mengamat- amati awan itu. Dan ternyata ia bukan awan biasa. Itu adalah
sekelompok burung yang menutupi cahaya matahari dan menyerupai awan yang tebal.
Burung ababil, burung yang banyak.
Gajah-gajah semakin berteriak dengan
kencang dan tampak ketakutan. Dan rasa takut itu kini menghinggapi seluruh
pasukan. Abrahah berteriak di tengah-tengah pasukannya agar gajah diusahakan
untuk maju secara paksa. Kemudian terbukalah salah satu jendela dari jendela
al-Jahim, dan burung-burung itu menghujani pasukan dengan batu dari Sijil,
yaitu batu yang sama yang pernah dihujankan kepada kaum Nabi Luth. Batu itu
menyerupai bom-bom atom yang digunakan saat ini.
Jika Anda membaca buku-buku kuno,
maka Anda akan mengetahui bagaimana peristiwa yang menimpa pasukan Abrahah.
Anda akan membayangkan bahawa Anda berada di hadapan suatu kekuatan yang
menghancurkan yang tidak diketahui asal muasalnya. Dunia mengenali sebahagian
darinya setelah empat belas abad dari peristiwa tersebut. Buku-buku itu
mengatakan bahawa pasukan itu dihancurkan dengan penghancuran yang dahsyat.
Para tentera Abrahah kembali dalam
keadaan binasa di mana daging- daging dari tubuh mereka berciciran di jalan.
Abrahah pun mendapatkan luka dan mereka keluar dari tempat itu dalam keadaan
dagingnya terpisah satu persatu. Abrahah pun terbelah dadanya dan mati.
Kemudian jasad para pasukannya tersebar dan berciciran di bumi, seperti tanaman
yang dimakan oleh binatang. Setelah mendekati setengah abad, turunlah suatu
surah di Mekah yang menceritakan tentang peristiwa itu:
"Apakah kamu tidak
memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap tentera gajah?
Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (untuk menghancurkan Ka 'bah)
itu sia-sia? Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong,
yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar, lalu Dia
menjadikan mereka seperti daun yang dimakan (ulat)." (QS. al-Fil: 1-5)
Pasukan gajah yang ingin
memporak-porandakan Mekah dikalahkan. Kemudian mereka dihancurkan dan Tuhan
pemilik Ka'bah berhasil melindungi rumah suci-Nya. Perlindungan tersebut bukan
sebagai penghormatan bagi orang yang tinggal di rumah itu dan bukan sebagai
bentuk pengkabulan doa kaum yang menyembah berhala yang memenuhi tempat itu.
Allah SWT sebagai Pelindung Ka'bah memeliharanya kerana adanya hikmah yang
tinggi; Allah SWT menginginkan sesuatu bagi rumah itu; Allah SWT ingin
melindunginya agar tempat itu menjadi tempat yang damai bagi manusia dan supaya
tempat itu menjadi pusat dari akidah yang baru dan menjadi tanah bebas yang
aman, yang tidak dikuasai oleh seseorang pun dari luar dan juga tidak
didominasi oleh pemerintahan asing yang akan membatasi dakwah. Yang demikian
itu kerana di sana terdapat rumah dari rumah-rumah di Mekah yang lahir di sana
seorang anak di mana ibunya bernama Aminah binti Wahab dan ayahnya adalah
Abdullah, salah seorang tokoh Arab. Anak itu belum dilahirkan dan belum dapat
tugas kenabian dan ia belum memikul Islam di atas pundaknya dan belum menjadi
rahmat bagi alam semesta. Kemudian datanglah Abrahah yang ingin menghancurkan
semua ini tanpa ia mengetahui semua rahsia ini.
Tragedi yang menimpa Abrahah adalah
kerana bahawa ia berusaha menentang kehendak Ilahi sehingga kehendak Ilahi itu
menghancurkannya dengan mukjizat yang mengagumkan. Datanglah banyak burung
dengan membawa batu-batuan yang tidak didengar suaranya. Kemudian burung-
burung melemparkan batu-batu itu kepada Abrahah berserta tenteranya. Semua ini
berdasarkan rencana Ilahi terhadap rumah-Nya dan agama-Nya serta nabi-Nya
sebelum orang mengetahui bahawa Nabi Islam telah bersiap-siap untuk
meninggalkan tempat tidurnya di perut ibunya dan mulai memasuki kehidupan yang
keras di muka bumi.
Di tengah-tengah kegembiraan Mekah
kerana keselamatan penghuninya dan selamatnya Ka'bah, Aminah binti Wahab
bermimpi: di tengah suatu malam ia menyaksikan dirinya berdiri sendirian di
tengah-tengah gurun, dan telah keluar dari dirinya suatu cahaya besar yang
menyinari timur dan barat dan terbentang hingga langit. Aminah tiba-tiba
terbangun dari tidurnya namun ia tidak mengetahui tafsir dari mimpinya.
Berlalulah hari demi hari dari tahun
gajah. Dan pada waktu sahur dari malam Senin hari kedua belas dari bulan Rabiul
Awal, Aminah melahirkan seorang anak kecil yang yatim yang bernama Muhammad bin
Abdillah bin Abdul Muthalib, seorang cucu dari Ismail bin Ibrahim bin Adam.
Sebelum ia dilahirkan, dunia mati
kerana kehausan padanya. Kehausan dunia sangat besar kepada cinta, rahmat, dan
keadilan. Sekarang teiah berlalu 600 tahun dari kelahiran al-Masih dan
orang-orang Masehi telah menjauhi ajaran cinta, bahkan keyakinan-keyakinan
berhalaisme telah meresap kepada sebahagian kelompok mereka dan kejernihan
ajaran tauhid telah ternodai. Sedangkan orang-orang Yahudi telah meninggalkan
wasiat-wasiat Musa dan mereka kembali menyembah lembu yang terbuat dari emas.
Dan setiap orang dari mereka lebih memilih untuk memiliki lembu emas yang khusus.
Demikianlah, berhalaisme telah menyerang di bumi. Bumi dipenuhi oleh kegelapan.
Akal disingkirkan dan Tuhan dilupakan dan mereka menyerahkan diri mereka kepada
pembohong.
Ketika jantung dunia telah terkena
kekeringan, maka memancarlah dari timur suatu mata air keimanan yang jernih
yang menjadi puas dengannya separa dunia. Dan mukjizat besar terjadi ketika
mata air ini mengeluarkan air yang jernih dari jantung gurun yang paling besar
ketandusannya di dunia, yaitu gurun jazirah Arab. Berkenaan dengan penggambaran
masa tersebut, dalam hadis yang mulia dikatakan: "Sesungguhnya Allah
melihat penduduk bumi lalu Dia murka kepada mereka, baik orang-orang Arab
mahupun orang-orang Ajam kecuali sebahagian kecil dari Ahlul kitab."
Di tenda yang kasar, lahirlah
seorang anak yatim yang kemudian bertanggungjawab untuk memberikan minum kepada
dunia yang haus pada cinta, keadilan, kebebasan, serta kebenaran. Sementara
itu, beberapa langkah dari tempat kelahirannya terdapat berhala-berhala yang
memenuhi Baitul 'Athiq dan sekitar Ka'bah yang dibangun oleh Nabi Ibrahim dan
Nabi Ismail agar menjadi rumah Allah SWT dan Dia disembah di dalamnya dan
manusia merasa tenteram di dalamnya. Di rumah yang kuno ini - yang dibangun
sebelumnya oleh Adam - dipenuhi patung- patung tuhan yang terbuat dari batu dan
kayu. Ini menunjukkan betapa akal orang-orang Arab saat itu mengalami titik
terendah.
Sementara itu nun jauh di sana,
tepatnya di Yatsrib atau Madinah dipenuhi oleh orang-orang Yahudi yang mereka
datang di sana kerana melarikan diri dari penindasan orang-orang Romawi. Mereka
tinggal di situ bagaikan serigala-serigala di atas tanah yang tersubur di mana
mereka melakukan monopoli dalam perdagangan. Mereka membangun kejayaan mereka
dengan memanfaatkan orang-orang Arab dan kehairanan mereka terhadap diri mereka
sendiri.
Para cendekiawan Yahudi
memperdagangkan segala sesuatu, dimulai dari emas sampai Taurat. Mereka
menyembunyikan kertas-kertas darinya dan menampakkan sebahagiannya; mereka
mengubah kertas-kertas Taurat itu untuk memperkaya diri mereka. Pada saat
orang-orang Yahudi menyembah emas dan sangat lihai melakukan persekongkolan,
orang- orang Arab justru menyembah batu dan mereka pandai berperang. Mereka
juga lihai dalam membuat syair lalu menggantungkannya di atas tirai-tirai
Ka'bah. Orang-orang Arab hidup di bawah naungan sistem kesukuan di mana kepala
suku adalah pemimpin dan nilainya sebanding dengan anak buahnya, dan kemampuan
mereka dalam berperang. Dan keutamaan seseorang di lihat dari asal muasalnya
serta nilainya juga di lihat dari kefanatikannya serta kebanggaannya kepada
nasab yang merupakan kemuliaannya, juga kefanatikannya terhadap berhala
tertentu yang merupakan agamanya. Jadi, segala bentuk kemuliaan dan kewibawaan
tidak terbentuk kecuali dalam ruang lingkup yang sempit dalam kabilah atau
kesukuan.
Sedangkan di tempat yang jauh dari
Mekah, Romawi menyerupai burung rajawali yang lemah, namun belum sampai
kehilangan kekuatannya. Orang-orang Romawi sangat menyanjung kekuatan.
Sedangkan di belahan timur dari utara negeri Arab, orang-orang Persia menyembah
api dan air. Api tetap menyala di tempat peribadatan mereka di mana manusia
rukuk untuknya. Dan di sana terdapat danau Sawah yang dianggap suci oleh
mereka.
Sementara itu, Kisra, raja kaum
Persia duduk di atas singgahsananya dan memberikan keputusan terhadap manusia.
Keputusan Kisra selalu didengar dan dilaksanakan. Tidak ada seorang pun yang
berani menentangnya dan menolaknya. Orang-orang Persia berhasil mengalahkan
Romawi dan Yunani, sehingga mereka menjadi kekuatan yang dahsyat di muka bumi.
Meskipun mereka memiliki kekuatan yang sangat luar biasa, namun penyembahan api
jelas-jelas menunjukkan betapa bodohnya mereka dan betapa kekuatan mereka
diliputi oleh kebodohan sehingga akal mereka tercabut dan mereka terhalangi
untuk mencapai kebenaran. Alhasil, kegelapan semakin meningkat di setiap
penjuru bumi dan kehidupan berubah menjadi hutan yang lebat di mana di dalamnya
seorang yang kuat akan menyingkirkan seorang yang lemah dan di dalamnya yang
menang adalah kebatilan.
Di tengah-tengah suasana yang
demikian kelam, lahirlah seorang anak di tenda Mekah. Ketika anak tersebut
lahir, maka padamlah api yang disembah oleh kaum Persia dan keringlah danau
Sawah yang disucikan oleh manusia, bahkan robohlah empat belas loteng dari
istana Kisra. Dan syaitan merasa bahawa penderitaan yang besar telah
merobek-robek hatinya. Ini semua sebagai simbol dimulainya kehancuran kejahatan
atau keburukan di muka bumi dan terbebasnya akal manusia dari penyembahan
terhadap sesama manusia atau terhadap hal-hal yang bersifat khurafat. Manusia
diajak hanya untuk menyembah kepada Allah SWT. Kelahiran Rasul sebagai bukti
hilangnya kelaliman, sebagaimana kelahiran Nabi Musa yang menunjukkan kebebasan
Bani Israil dari kelaliman Fir'aun.
Ajaran Muhammad bin Abdillah
merupakan ajaran revolusi yang paling meyakinkan dan yang paling penting yang
pernah dikenal di dunia; ajaran yang bertugas untuk menyelamatkan dan
membebaskan akal dan materi. tentera Al-Quran adalah tentera yang paling adil
dan paling berani untuk menghancurkan orang-orang yang lalim. Kita akan melihat
dalam sejarah Nabi bahawa kejadian-kejadian luar biasa telah mengelilingi
Ka'bah sebelum kelahirannya. Kemudian terjadilah peristiwa luar biasa setelah
kelahirannya di mana terjadilah peristiwa pembelahan dada pada saat beliau
masih kecil, begitu juga beliau dinaungi oleh awan di waktu kecil, bahkan
beliau terkenal pada saat masih kecil dengan kecenderungan untuk meninggalkan
permainan-permainan yang biasa dimainkan oleh anak-anak kecil seusia beliau.
Allah SWT memberikan penjagaan khusus kepadanya sehingga Jibril as turun
kepadanya dengan membawa wahyu.
Selanjutnya, mukjizatnya yang
pertama adalah mukjizat yang terdapat pada keperibadiannya dan
pemikiran-pemikirannya. Itulah yang menjadi mukjizatnya yang terbesar setelah
Al-Quran; itu adalah bangunan rohani yang tinggi di mana beliau mampu menahan
penderitaan di jalan Allah SWT. Dan dalam menegakkan kebenaran, beliau memikul
berbagai macam rintangan. Beliau melaksanakan amanat yang dikembangnya secara
sempurna dan sebaik-baik mungkin. Hal yang indah yang dikatakan tentang
mukjizat Nabi setelah diutusnya beliau adalah bahawa beliau tidak mempunyai
mukjizat selain usaha membebaskan akal: tanpa memiliki kekuatan luar biasa
selain membebaskan fikiran, tanpa dalil selain kalimat Allah SWT.
Sedangkan Isa bin Maryam telah
berdakwah dan mengajak manusia untuk menciptakan kesamaan, persaudaraan, dan
cinta kasih di antara mereka, namun Muhammad saw diberi kurnia untuk mewujudkan
persamaan, persaudaraan, dan cinta kasih di antara orang-orang mukmin di
tengah- tengah kehidupannya dan setelah kehidupannya.
Ketika Nabi Isa mampu menghidupkan
orang-orang yang mati dan mengeluarkan mereka dari kuburan, Muhammad bin
Abdillah menghidupkan orang-orang hidup dari kematian mereka yang tidak pernah
mereka sedari. Itu adalah bentuk kematian yang paling berat. Beliau juga
mengeluarkan mereka dari kegelapan dan kebodohan menuju cahaya ilmu, dan dari
belenggu syirik dan kekufuran menuju dunia tauhid.
Sulaiman sebagai seorang Nabi dan
raja mampu memperkerjakan jin untuk mengabdi padanya, bahkan mereka mampu
terbang beribu-ribu mil untuk menghadirkan singgasana musuh-musuhnya agar
mereka semua tercengang terhadap kemampuannya, sehingga mereka masuk Islam.
Namun Muhammad saw justru mengabdi kepada Islam hanya sebagai seorang tentera
yang sederhana. Beliau mengetahui bahawa ketika beliau lalai sesaat saja dari
dakwah di jalan Allah SWT, maka kesempatannya dalam menyebarkan agama Islam
akan hilang.
Di saat terjadi peristiwa besar
dalam peperangan, tiba-tiba azan solat dikumandangkan, sehingga para pasukan
yang berperang mengerjakan solat. Tidak ada malaikat yang turun untuk
melindungi mereka ketika solat atau mencegah datangnya anak-anak panah dari
punggung mereka saat sujud. kerana itu, hendaklah para pasukan melindungi
dirinya sendiri. Para pasukan mukmin berusaha solat secara bergantian:
sebahagian mereka solat dan sebahagian mereka bertugas untuk menjaga.
Allah SWT berfirman:
"Dan apabila kamu berada di
tengah-tengah mereka (sahabatmu) lalu kamu hendak mendirikan solat bersama-sama
mereka, maka hendaklah segolongan dari mereka berdiri (solat) bersertamu dan
menyandang senjata, kemudian apabila mereka sujud (telah menyempurnakan
serakaat), maka hendaklah mereka pindah dari belakangmu (untuk menghadapi
musuh) dan hendaklah datang golongan yang kedua yang belum bersembahyang, lalu
bersembahyanglah mereka denganmu, dan hendaklah mereka bersiap siaga dan
menyandang senjata. Orang-orang kafir ingin agar kamu lengah terhadap senjatamu
dan harta bendamu, lalu mereka menyerbu kamu dengan sekaligus."(QS.
an-Nisa': 102)
Selesailah masalah itu dan tidak ada
malaikat yang turun untuk melindunginya dan menolongnya. Ini adalah masa
kematangan akal dan masa keletihan para nabi dan orang-orang mukmin. Dan sesuai
kadar keletihan mereka dalam menyampaikan ajaran Islam, mereka pun akan
mendapatkan balasan yang besar.
Pada masa para nabi sebelum Nabi
Muhammad saw, mereka menghadirkan mukjizat-mukjizat kepada kaum mereka saat
memulai dakwah, sehingga kaum tersebut mempercayai apa saja yang mereka bawa,
sedangkan Nabi Muhammad bin Abdillah tidak menghadirkan kepada kaumnya selain
dirinya dan ketulusannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar